Pengamat : Biaya Hidup Jadi Faktor Menurunnya Jumlah Pendatang di DKI

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Pepulang kampung tiba di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menginformasikan biaya hidup tinggi menjadi aspek menurunnya jumlah pendatang anyar alias penduduk dimana merantau ke Jakarta, sesudah Lebaran tahun ini.

"Banyak pepulang kampung saat ini tidak mau menghadirkan family lagi ke Jakarta kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi branda sendiri sudah tertekan dengan biaya hidup, makin lama makin mahal," kata Yayat disiarkan ANTARA di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Yayat menjelaskan, untuk biaya makan di Jakarta saja bisa menghabiskan Rp 3 juta per bulan. Itu pun belum mencukupi segala kebutuhan lainnya.

Terlebih, penghasilan para pekerja di Jakarta dimana rata-rata sekitar Rp 4 jutaan sesampai akan memilih hidup di kos alias kontrakan murah. "Apalagi dimana tetap bujangan dari kampung itu satu indekos alias kontrakan bisa lima orang untuk menghemat biaya," ujarnya.

Selain itu, dia juga menyoroti anyar diketahui kebenaran banyaknya penduduk memmemilikii KTP Jakarta, tapi tidak tinggal di Ibu Kota sejak dilaksanakan penonaktifan nomor induk kependudukan (NIK) dimana tetap dilakukan sampai kini. Menurut dia, beritarmasi ini turut support pertimbangan biaya hidup tinggi menjadi aspek penduduk lebih memilih untuk tidak tinggal menetap di Jakarta dan memilih hidup di kota sekitarnya.

Kendati demikian, terdapat juga aspek lainnya dimana support penduduk tetap bisa untuk bekerja di Jakarta meski sudah tidak tinggal menetap ialah terdapatnya kegampangan transportasi. "Mereka tetap bisa memakai sepeda motor, KRL sampai bus daripada branda tinggal di Jakarta," ungkap Yayat.

Dengan demikian, dia menilai biaya hidup memang berpengaruh pada naik turunnya jumlah pendatang dimana masuk ke Jakarta. Namun perihal itu tidak mengurangi kepadatan aktifitas penduduk untuk tetap mencari pekerjaan di Ibu Kota.

Sebelumnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta menjelaskan tren jumlah pendatang pasca Lebaran selama empat tahun terakhir, ialah sebanyak 24.043 pendatang pada 2020, kemudian turun menjadi 20.046 pendatang pada 2021. Lalu, pada 2022, jumlah pendatang sempat melesat menjadi 27.478 orang dan kembali turun menjadi 25.918 pendatang pada 2023.

Kepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaludin memprediksi jumlah pendatang anyar ke Jakarta akan menurun jika daripadakan dengan 2023 ialah sekitar 10.000-15.000 orang. 

sumber : ANTARA